Minggu, 15 Agustus 2010 - 21:29:45 WIB
PERGAULAN
ISLAMI
Drs. H. Rohmad Ms, MM,
Kakankemenag Kab. Jombang
A. Mukaddimah
Allah
Menjadikan manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya, perbedaan itu
terjadi dalam beberapa hal, antara lain Agama, jenis kelamin, warna kulit, adat
istiadat, budaya, bahasa, suku bangsa dan lain-lainnya, hal itu telah menjadi
sunnatullah sebagaimana firmannya dalam A-Qur’an, Surat Al Hujurat ayat 13 yang
berbunyi :
“Yaa ayyuhannas inna
kholaqnakum min dzakarin wa unsta
wajaalnaakum suuban waqobaila lita’arofu inna akromakum indallohi atqoqum “
artinya : Wahai manusia sesungguhnya kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan aku menjadian kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal satu dengan lainnya,
sesungguhnya orang yang paling mulya diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa.
Ayat
Allah ini memberi petunjuk dan motivasi kepada manusia, agar melakukan
pergaulan atau ber-intraksi sosial antara satu dengan lainnya, baik dengan
teman sebaya, teman sejenis maupun teman lain jenis. Pergaulan juga dilakukan
dengan orang yang berbeda Agama, bahasa, adat istiadat dan budayanya. interaksi
sosial dalam pergaulan itu hendaknya di peroyeksikan sebagai wahana saling
mengenal, membaca tabiat kelebihan dan pengalaman bangsa yang satu dengan
bangsa yang lainnya.
B. Pergaulan Nabi
Muhammad SAW.
Perilaku
Nabi Muhammad SAW adalah Uswatun Khasanah yang syara’ dengan keteladanan baik
ketika beliau di mekkah maupun di madinah. Beberapa perilaku kehidupan beliau
yang dapat dijadikan model pergaulan bagi umat manusia ialah ketika hijrah dari
mekkah ke madinah pada tahun 622 Masehi. Perbedaan suku bangsa antara kaum
muhajirin mekkah dan kaum anshor di madinah, tidak menghalangi mereka dalam
melakukan interaksi sosial/ pergaulan. Dibawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
kaum muhajirin dan anshor dapat dipersatukan. Dengan Tauhidullah mereka merasa
dan mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi bersaudara meski
berbeda suku bangsa dan puncaknya ialah mereka mampu menyatakan diri sebagai
saudara seperti satu tubuh dan ajaran satu tubuh (Al-Wahdah Al-Jasadiyah)
menghiasi pergaulan kesehariannya baik dalam beribadah, berbisnis, berpolitik,
maupun dalam kancah pergaulan yang lainnya.
Dengan
pemeluk agama lain Nabi Muhammad SAW juga menjalin pergaulan dan perjanjian
kerjasama yang dituangkan dalam piagam madinah. Inti dari perjanjian kerjasama
itu ialah kaum muslimin dan non muslim di madinah menyatakan diri bersedia
hidup berdampingan secara damai (koeksistensi damai) dibawah kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW. Nabi juga menjalin hubungan diplomatik dengan penguasa non
muslim. Beliau kirimkan surat kepada gubernur Mukaukis di Mesir, Kaisar
Heraklius di Romawi, Raja Kisro II di Persi, dan penguasa – penguasa lain
disekitar mekkah dan madinah. Terdapat kisah menarik dari pergaulan Nabi dengan
para penguasa tetangga itu diantaranya hubungan diplomatik dengan gubernur
mukaukis mesir beliau dihadiahi seorang putri gubernur mesir itu bernama “
Maria Al Kittiyah” untuk dipersunting Nabi
sebagai istri dan hasil perkawinannya dikaruniai seorang putra bernama “ sayyid
thohir”.
Impelementasi
pergaulan antar manusia dan antar bangsa itu telah menjadi kenyataan dan bahkan
menjadi kebutuhan dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan beragama,
berpolitik, ekonomi dan sektor-sektor publik lainnya, kita lihat misalnya dalam
kehidupan beragama ketika orang menunaikan Ibadah Haji, dalam berpolitik
perjanjian bilateral antara dua Negara sering dilakukan oleh Kepala Negara satu
dengan yang lainnya, demikian pula perjanjian multilateral antara berbagai
Negara juga sering terjadi. Kehadliran organisasi PBB, konferensi Asia Afrika
Organisasi konferensi Islam { OKI } dan Asean menjadi bukti betapa pentingnya
pergaulan sesama bangsa itu, dan dengan pergaulan itu hal-hal yang jauh menjadi
dekat, yang sulit menjadi mudah, yang berat menjadi ringan, yang lambat menjadi
cepat di capai, terlebih pada era gelobalisasi dan abad informasi. Pergaulan
antar manusia barangkali sudah menjadi rukun kehidupan yang tidak bisa dihindari.
C. Pergaulan Islami
Islam
jelas mengajarkan dan mendorong manusia agar melakukan pergaulan dalam rangka
mengenal satu dengan yang lainnya { dalam rangka ta’aruf }, pertanyaannya yang
muncul kemudian ialah bagaimana pergaulan yang Islami itu? bagaimana pergaulan
mesti dilakukan dengan tidak melanggar
ajaran Islam, ketika harus bergaul dengan : teman sebaya, dengan sesama jenis,
dengan lain jenis dan dengan orang lain Agama. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu Islam menunjukkan ketinggian dan keluhuran ajarannya,
karena pada perinsipnya ajaran Islam justru memberi ruang seluas-luasnya pada
manusia untuk melakukan pergaulan sesama manusia, meski berbeda Agama, jenis
kelamin, warna kulit, adat istiadat, budaya, bahasa, suku bangsa dan
lain-lainnya. Akan tetapi pergaulan itu adalah yang dilandasi oleh etika dan
penghargaan terhadap nilai-nilai Agama, adat istiadat dan budaya serta
menghormati harkat dan martabat kemanusiaan. Dengan kata lain pergaulan Islami
adalah bentuk intraksi sosial yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan
(teoisme), nilai kemanusiaan (Humanisme), nilai persamaan (Egaliterianisme),
nilai perdamaian (koeksistentionisme) dan nilai keadilan (justisisme). Bertolak
dari nilai-nilai tersebut pergaulan Islami karenanya tidak memberikan
kesempatan kepada manusia untuk melakukan pergaulan bebas tanpa batas, meskipun
dengan dalih HAM dan kebebasan. Budaya free love, free sex, kumpul kebo dan
semacamnya yang berakibat timbulnya penyakit Aids yang dialami sebagaian umat
manusia jelas tidak islami dan bertentangan
dengan ajaran Islam.
Dalam Al-Qur’an Surah Al
Isra’ Ayat 32
Allah berfirm”an :
” Wala Taqrobuzzina
innahu kana faachisatan wasaa’a sabiila “
Artinya : Dan janganlah
kamu mendekati zina karena sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang kotor
dan jalan yang buruk.
Ayat
ini telah jelas memberi peringatan kepada manusia terlebih orang-orang yang
beriman agar jangan mendekati zina lebih-lebih melakukannya dalam bentuk
pergaulan bebas, dalam bentuk free sex, be sex dan heterosex yang banyak
menimbulkan dampak negatif bagi timbulnya penyakit Aids yang belum ada obatnya.
Ajaran
kreatif yang ditunjukkan oleh agama Islam agar manusia selalu berada dalam
koridor pergaulan Islami ialah dengan
jalan menahan pandangan antara pria dan wanita dan menjaga kemaluannya serta
menutup auratnya. hal itu perlu dilakukan semata-mata untuk menjaga harkat dan
martabat kemanusiaan.
Allah
berfirman dalam surah Annur ayat 30-31 yang artinya : ”Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman : hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah
maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman
hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami
mereka atau putra-putra mereka atau putra-putra suami mereka atau
saudara-saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau
putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam atau budak-budak
yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan
terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.”
Masih
dalam kerangka menjaga pergaulan agar sesuai dengan ajaran Islam Rasulullah
Muhammad SAW bersabda:
“La yakhluwanna rojulun
biimroatin illa ma’adzii muhrimin”
Artinya : Jangan
sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan wanita kecuali dengan muhrimnya.(Rowahul
Buchari - Muslim)
Bertolak
dari ayat-ayat Al Qur’an dan hadist Nabi tersebut dapat dijelaskan bahwa
pergaulan islami adalah pergaulan yang dilandasi oleh ketaatan terhadap
aturan-aturan Allah dan Rasulnya seperti menahan pandangganya apabila bertemu
dengan lain jenis, menutup kemaluan dan menjaga auratnya dan tidak menampakkan
aurat perhiasannya itu kepada publik kecuali kepada komunitas yang diperbolehkan
oleh Allah serta tidak membiarkan diri kepada wanita melakukan bepergian
sendirian tanpa disertai mukrimnya.
Hanya
dengan ketaatan dan kesediaan mengikuti aturan-aturan Allah dan Rasulnya maka
pergaulan manusia antar bangsa bukan saja menghasilkan keuntungan dan mengenali
bangsa lainnya. Lebih dari itu pergaulan
itu juga dapat mengantarkan manusia menjadi hamba Allah dan kholifatullah yang
selamat di Dunia dan sejahtera di akhirat.
D. Penutup
Demikianlah
uraian tentang pergaulan islami yang dapat kami sampaikan dalam Gema Ramadhon
saat ini, semoga bermanfaat dan menjadi pedoman hidup kita bersama, akhirnya
kami mengucapkan selamat berpuasa Ramadhan 1431 Hijriyah dan selamat berbuka
Puasa semoga Allah memberkati kita bersama, amin yan robbal alamin.
Wallahu Waliyuttaufiq wal hidayat wabirridho
wal inayah
Wassalamualaikum War. Wab.
Maret, 2011 | ||||||
M | S | S | R | K | J | S |
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | ||
6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 |
13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 |
20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 |
27 | 28 | 29 | 30 | 31 |
Pengunjung hari ini : 40
Total pengunjung : 8141
Hits hari ini : 81
Total Hits : 32433
Pengunjung Online: 2